Sabtu, 26 Februari 2011

kritik sastra


KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL
THE OLD MAN AND THE SEA
KARYA ERNEST HEMINGWAY
MATA KULIAH: KRITIK SASTRA
Dosen Pengampu : Andaru Ratnasari S.Pd., M.Pd
Oleh :
Abd Muis Jafar
0834411004
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI BANGKALAN
2011
A. Pendahuluan
Perkembangan kritik sastra Indonesia dalam dekade tahun 1980-an ditandai dengan munculnya beberapa pembicaraan mengenai sosiologi sastra atau pendekatan sosiologis terhadap karya sastra. Dalam konteks ini. kritik sastra sesungguhnya mencoba memanfaatkan disiplin ilmu lain (sosiologi) untuk memberi penjelasan lebih mendalam mengenai salah satu gambaran kemasyarakatan yang terdapat dalam karya sastra. Oleh karena itu, pembicaraan mengenai hubungan kritik sastra dengan sosiologi, muncul lantaran ada anggapan bahwa karya sastra merupakan cermin masyarakat. Karya sastra juga dianggap sebagai potret kehidupan masyarakat dan gambaran semangat zamannya. Dalam hal ini, karya sastra dianggap sebagai gambaran “struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas dan lain-lain.
Dikatakannya juga bahwa karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dan faktor-faktor sosial dan kultural Pernyataan itu mengisyaratkan perlunya menghubungkan faktor sosio-budaya dalam usaha memahami karya selengkapnya. Dan hubungan ini akan tampak bahwa dalam beberapa hal, ungkapan sastra sebagal cermin masyarakat mempunyai nilai kebenaran. Apalagi jika ternyata kita tidak memperoleh bahan tertulis tentang karya itu. Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka, memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah "kebenaran" penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Sebagaimana yang dikemukakan Damono, Swingewood (1972: 15) pun mengingatkan bahwa dalam melakukan analisis sosiologi terhadap karya sastra, kritikus harus berhati-hati dengan slogan “sastra adalah cermin masyarakat’’. Hal ini melupakan pengarang, kesadaran, dan tujuannya. Dalam melukiskan kenyataan, selain melalui refleksi, sebagai cermin, juga dengan cara refleksi sebagai jalan belok. Seniman tidak semata melukiskan keadaan sesungguhnya, tetapi mengubah sedemikian rupa kualitas kreativitasnya
Sosiologi karya sastra itu sendiri lebih memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan antara permasalahan dalam karya, sastra dengan permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh. Di samping Itu, permasalahan yang diangkat dalam karya sastra biasanya masih relevan dalam kehidupan masyarakat. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan. Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuakan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian, novel dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi, dan sebagainya yang juga menjadi urusan sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi, pemahaman kita tentang sastra belum lengkap.
Pendekatan sosiologi sastra dalam novel The Old Man And The Sea
Perkembangan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Sebagai salah satu pendekatan dalam kritik sastra, sosiologi sastra dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang memprtimbangkan segi-segi kemasyarakatan (sosial). Pengkajian sastra dapat memahami dan menelaah karya sastra dari sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca. Dalam bukunya A Glossary of’ Literature Term. Abrams menulis bahwa dan sosiologi sastra ada tiga perhatian yang dapat dilakukan oleh kritikus atau peneliti yaitu:
1.Penulis dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.
2.Karya, dengan kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.
3. Audien atau pembaca (1981: 178).
1.Penulis dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.
Melalui sosiologi pengarang Penulis dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal kita akan membahas tentang novel Ernest Hemingway The Old Man and The Sea, Hemingway, yang dijuluki "Papa," adalah bagian dari komunitas ekspatriat pada 1920-an di Paris, seperti yang digambarkan dalam novelnya A Moveable Feast. Ia yang dikenal sebagai bagian dari "Generasi yang Hilang," sebuah nama yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gertrude Stein, mengalami kehidupan sosial yang penuh dengan badai, menikah empat kali, dan konon menjalin banyak hubungan romantis semasa hidupnya. Hemingway memperoleh Hadiah Pulitzer pada 1953 untuk The Old Man and the Sea. Ia memperoleh Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1954, meskipun ia mengatakan bahwa ia "akan berbahagia–lebih berbahagia...bila hadiah itu diberikan kepada pengarang yang cantik itu Isak Dinesen,". Dalam novel ini di jelaskan bahwa Pengarang merupakan anggota yang hidup dan berhubungan dengan orang- orang yang berada disekitarnya, maka dalam proses penciptaan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir ditengah-tengah masyarakat merupakan hasil pengungkapan jiwa pengarang tentang kehidupan, peristiwa,serta sebuah pengalaman hidup yang telah dihayatinya. Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya.
Konteks sosial pengarang adalah yang menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi diri pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Sastra sebagai cermin masyarakat menelaah sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan masyarakat bagi pembaca.
2.Karya, dengan kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.
Penerapan sosiologi karya sastra dalam hubungannya dengan masalah sosial adalah pengkajian novel Ernest Hemingway The Old Man and The Sea dengan mengaitkannya dengan realitas yang terjadi dimasyarakat seperti yang diceritakan Dalam Orang Tua dan Laut, Ernest Hemingway menyajikan Santiago nelayan sebagai manusia ideal - independen dalam tindakan-Nya, bersemangat untuk mengikuti panggilannya, dan bersedia untuk mengambil kesempatan dalam hidup. Hemingway telah menceritakan seorang pahlawan yang melambangkan kehormatan, keberanian, daya tahan, dan iman Yaitu Santiago. Dia tidak mengeluh tentang nasib buruk nya, juga tidak menyalahkan tangan yang sementara mengkhianati dia, marlin yang tantangan kekuatannya, atau hiu yang mencuri tangkapannya. Dia mungkin sudah tua, tapi dia masih memiliki daya tahan Meskipun kelaparan dan rasa sakit dan 84 hari nasib buruk, Santiago tetap iman ia miliki dalam dirinya. Ia bermimpi lama pergi oleh - tangan-gulat dan singa emas di pantai Afrika. Dia mencoba untuk menjadi seperti Joe DiMaggio yang mengatasi nyeri (tulang spur) dan percaya bahwa pemain bisbol akan bangga padanya Sebagaimana Hemingway pernah menulis, "Keberanian adalah kasih karunia di bawah tekanan," dan ini cocok definisi's keberanian Santiago sempurna. Berbicara tentang hubungan manusia dalam masyarakat dalam suatu karya sastra berarti kita berbicara tentang unsur ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Hubungan manusia dalam masyarakat pada karya sastra merupakan suatu unsur yang tidak berada di dalam karya sastra tersebut tetapi mempengaruhi bangun cerita dari karya sastra tersebut.
3. Audien atau pembaca (1981: 178).
Penerapan sosiologi pembaca The Old Man And The Sea sebagai karya sastra yang tergolong hanya dibaca dan ditanggapi masyarakat Walaupun motivasi para pembaca dalam membaca novel tersebut mungkin bermacam-macam, misalnya ada yang menganggapnya sebagai hiburan belaka. Ada yang tertarik karena ceritanya tentang kehidupan seorang Lelaki Tua yang berani dengan kekuatan dan iman. Hal ini juga didukung oleh sikapnya terhadap ikan besar ini menunjukkan tingkat kehormatan sejati karena ia bangga kekuatan dan daya tahan lawannya menyebutnya saudaranya. Dalam bukunya tersebut Hamingway telah menciptakan karakter yang berpengalaman yang dapat membantu kita dalam pertempuran kita sendiri. Santiago menunjukkan kepada kita bahwa kekalahan hanya terletak pada menolak pertempuran, tidak kalah melawan. pertempuran Santiago tidak dengan marlins, dengan ikan hiu, dengan kemiskinan, atau bahkan dengan usia tua, tetapi kita semua berjuang melawan musuh beberapa pada suatu saat dalam kehidupan kita. Ketika orang lain akan menyerah, Santiago dan Manolin memiliki iman dalam satu sama lain dan membuat rencana untuk ikan bersama-sama Ini pertanda baris terakhir perpanjangan pria tua itu dalam mimpi tentang singa-singa masa mudanya bahwa dia masih punya mimpi.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Maka, memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu. Karya sastra dapat juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas dalam masyarakat. Sosiologi sastra dapat meneliti melalui tiga perspektif pertama perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Kedua, perspektif biologis yaitu peneliti menganalisis dari sisi pengarang ketiga, perspektif yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi dalam sastra merupakan gabungan dari sistem pengetahuan yang berbeda. Sosiologi adalah sebuah bidang ilmu yang menjadikan masyarakat sebagai objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek moral. Dalam perspektif sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu komunitas masyarakat dipahami dalam tiga paradigma utama, yaitu fakta sosial, defenisi sosial, definisi sosial, dan paradigma perilaku. Sosiologi adalah ilmu objektif kategoris, membatasi dari pada apa yang terjadi dewasa ini (das sein) bukan apa yang seharusnya terjadi (das solen). Sebaliknya karya sastra bersifat evaluatif, subjektif dan imajinatif.